Saturday 20 September 2014

Siapa yang harus disalahkan?

"Percayalah, Waktu bertindak egois ketika rasaku ini mulai mengangkasa"-shintameilani


    Sesaat untuk yang pertama, hilang untuk sementara. Waktu mengajak rasaku mengangkasa perlahan waktu pula yang menyeretmu melangkah pergi dengan goresan luka. Semudah itukah? tersadar ketika rasaku mulai diambang cakrawala. Kedatangamu tanpa permisi pergi yang tak mungkin kembali. Aku jatuh terlalu dalam ke jurang menganga. Mengerti apa yang dipersalahkan?
      Bodoh, aku tak mungkin bertindak tolol terus-menerus menutupi semua ini seakan aku baik-baik saja selepas kepergianmu. Aku serba salah. Berkali-kali suara 'lepaskan!' berdentum-dentum dari segalah arah yang seolah-olah mengancamku. Ini bukan kisah dongeng 80-an ini realita. Tak adilnya, dimana peranku tak mudah. Bisakah kita bertukar peran? Percayalah, Aku ataupun kamu tak mungkin ada yang sanggup menjalani peran ini di posisi kita yang sekarang.
      Rindu berlabuh, ketika barisan luka terbalut kenangan berjalan seirama, menjelajahi setiap sudut fikiranku yang sibuk dengan nostalgia-nostalgia masa lalu. Jujur, kepergianmu bukan masalah terbesar untukku, rindu. begitu menyiksa. Aku dihimpit keadaan yang membuatku semakin rapuh. Aku terkikis sang masa, pura-pura mengiyakan segala yang terjadi, hati dan fikiran tak sanggup berontak. aku tak mampu jika harus menerjang debu, berpacu dengan waktu, melewati kerikil sendiri. Fatalnya, aku harus berpura-pura meniadakan semua yang pernah terjadi bacalah lagi luka dan kenangan. 
      Selamat, lagi-lagi waktu berhasil untuk kesekian kalinya membawa anganku melayang-layang menyusuri masa lalu. Aku mengumpulkan keberanian untuk menatap kosong, Mengais masa lalu. Memang tempat indah, anehnya aku tak ingin menyelami lagi tempat itu. Nyatanya, Bayang-bayangmu terus menghantui. Membuatku benar-benar terpaku memandang dalam-dalam relief kisah singkat kita yang berakhir begitu saja. Fatamorgana begitulah singkat katanya. Aku tak begitu munafik untuk mengakui bahwa aku juga bisa melakukan hal yang sama persis dengan yang kau katakan tuan, 'marah'. Hanya saja, aku terlalu pengecut untuk menampakkan amarahku. maafkan.
     Keadaan ini, Ketertarikan sesaat ataupun Rasa yang nyata. aku tak peduli. Sang Bayu telah menerpa membawa rasamu pergi bukan? Dan aku masih disini.
    Aku mungkin memang tak dapat menghadirkan rasa itu kembali. Membiarkan aksaraku mengandung rasa yang frasanya tak dapat kau mengerti. Banyak perbedaan yang hadir semenjak kepergianmu. Adalah pilu ketika berpapasan saling menatap tanpa senyum. Harus banyak berlari menghindar dari realita yang mengatakan bahwa terkadang dalam satu jalur kita harus bertemu. Rasanya sosokmu tak lagi menganggap bahwa kita pernah merasakan hal yang sama.
     Dalam Kasus ini, aku tak menyalahkan siapapun, sosokmu hadir sebagai pelajaran dan anugerah. Menjadikan hari-hariku menjelma menjadi magis, mistis. Terimakasih kepada sosokmu. Begitupula Waktu, aku sama sekali tak menyalahkan waktu. sungguh! waktu memberiku kesempatan menemui sosokmu dengan indah di celah jeda singkat ini.
     Bila memang benar pada akhirnya aku harus mengikhlaskan aku bisa. Bila harus pergi? maaf, aku tak pernah siap untuk itu. Mengingat, rasaku masih sama. Jika mengikhlaskan sebuah keharusan, aku bisa Tuan, sungguh!. Tapi jika pergi, aku tak sanggup mengubur jutaan rasa ini, mengertilah.
     Aku tak lagi ada dalam detikmu, paling tidak izinkan aku mengangkasa bersama do'a-do'aku, memandang senyummu dalam hening, mengendap-endap untuk melihat aksimu, dan menatapmu terbang dengan separuh sayapku, berkilau menemani sang bulan. Bahagia dengan sebagian sayapku yang rapuh termakan masa.
     Rasaku masih sama, ratusan luka ribuan kenangan. Definisi kisah singkat ini adalah Singkat kata AKU BAHAGIA.


Siapa yang harus disalahkan?

"Terimalah kenyataan, Aku ataupun kamu tak mampu memilih kepada siapa kita jatuh hati. Tapi Kita tau siapa yang pantas diperjuangkan dan ditunggu kepulangannya. Bukankah begitu tuan? Aku Menunggu."-shintameilani
     

        

0 komentar:

Post a Comment