Monday 8 August 2016

Allah, Jagalah Dia Untukku.

"Apalah arti ratusan kilometer bila rindumu dapat kau ucap dekat di setiap sepertiga malam terakhir-mu. Hanya sedekat kening dan tempatmu bersujud, Tuan"- S


Untuk tuan di sudut kota. entah kota yang sama, atau kota yang jauh disana. 
Apa kabarmu kekasihku? kasih yang masih ku pertanyakan siapa dirimu, sejauh apa tempat kita berada saat ini? atau mungkin apa yang kamu lakukan kini? sedang memperbaiki diri kah kamu? 

Tuan, disini, saya sedang mencoba menyatukan aksara-aksara yang mungkin bila nanti kita dipertemukan saya tidak mungkin bisa merangkai aksara itu lagi dihadapanmu. 

Assalamualaikum malaikat surga ku.
Malaikat yang belum aku ketahui siapa kah dirimu.
Yang jelas ini lah aku yang nantinya akan mendampingimu ke Jannah. Insya allah.

Jauh-jauh dan lagi jauh sebelum kau datang.
Bidadarimu ini sudah mulai beranjak dewasa perlahan.
Dari sinilah, di usiaku yang masih 15 tahun aku mulai tau jatuh cinta seperti anak SMA sewajarnya.
Pernah sekali aku terluka, tapi hei. jangan kecewa, aku tak pernah berbicara atau bahkan bersamanya. hanya sekali waktu, aku bersumpah. doakan saja hanya sekali dan terakhir kalinya selama masa sebelum aku bertemu denganmu. Aku istiqomah sendiri hingga kau menjemputku, tak ku gubris mereka yang asyik menjatuhkan diri ke lubang yang tidak disenangi-Nya.
Kau banyaklah bersyukur, karena luka, ia membuatku mengerti bahwa memang ini keliru.

Malaikat surga ku yang ku cinta nanti dan selamanya..
aku menunggumu, selalu. semenjak aku terluka.
Aku melantukan setiap doa-doa tertuju padamu. meski nyatanya saat ini aku tak tau siapa dirimu.
Hanya ku semogakan jika engkau di kejauhan juga sedang memantaskan dirimu menemui Ayah dan Ibu tercintaku nanti, pada saatnya.

Asal kamu tau, aku tidak akan menuntutmu lebih.
tak perlu khawatir, aku siap menjadi sayap-sayap mu, membantumu mencukupi kebutuhan kita.
Tentunya, atas ridhomu.
Jangan lagi khawatir,
Guruku sewaktu aku masih di madrasah pernah berpesan bahwa seorang perempuan ketika sudah menikah, keluarga terlebih suaminya lah yang menjadi prioritas utamanya.
begitu pula aku, Aku pun akan menjadikanmu imam terbaik satu-satunya yang kumiliki hingga nafas terakhirku. Seluruhnya untukmu, apapun untuk Jannah-Nya. Kau yang menuntunku kesana dan aku lah cahaya yang akan menerangi jalan kita.

Malaikatku, kini aku mencoba menyeka air mataku
menuliskan ini untukmu, membiarkan segalanya mengalir tanpa pilihan kata.
aku yakin ketika lagi nanti aku membaca ini, aku akan mentertawakan seluruh isinya. tak indah.
Kurangkai aksara-aksara ini sebelum mereka mengangkasa.
membiarkan jemari ini berkata jujur apa yang aku rasa.
ku tuangkan segalanya disini. Panjang. jangan bosan

Kasihku, Satu nama yang aku belum ketahui..
Saat ini, mungkin engkau ada di dekatku, di dekat teman dan keluargaku
mungkin juga tuan masih jauh lagi jauh di kota seberang juga menuntut ilmu.
Tak perlu apa-apa tuan, rupamu yang menawan, tak banyak kufikirkan.
biarkan akhlakmu itu yang memikatku.
Agar aku mengerti bagaimana mencintai mu karena keshalehanmu, janjimu pada orang tuamu.

Pernah kah dalam doa mu meminta agar lekas dipertemukan denganku?
Apa kau pernah merinduku tuan?
Aku merasakannya. sekitar, melihat teman-temanku dengan 'dunianya'.
ya, tiap hari bertemu. tidak seperti kita yang tidak tau menau.
Istimewa, hanya ada ruang merindu, waktu ketika bersujud.
semoga kini,Tuan mendoakanku. pun dengankuu yang selalu mendoakan tuan.

Rindu-rindu, menyelinap. doa-doa mengangkasa. semua seakan sederhana. Aku selalu menanti kau datang. Kau, satu nama dalam lauhul mahfudz yang sama.
Hanya ada satu nama.

Allah, jagalah dia.










0 komentar:

Post a Comment