Satu Kata.

    "Pendatang manis, ketika rasa dilanda gerimis, rinduku berlabuh sadis dan rasaku mulai teriris" -shintameilani.

         izinkan aku menggaris bawahi namamu tuan,

     Tuan, aku bingung bagaimana aku memuai ceritaku, gerimis disini. Harus kuakui, rasa ini melintasi nirwana setiap sudut fikiranku. aku sadar, jiwa ragamu yang selalu ada untukku. semusim kita lewati, dan aku masih mengikat rasa dengan sosok di masa laluku. aku sempat membuta, tak pernah menggubris rasa yang kau simpan.

      Hingga pada akhirnya, hati ini tau kemana ia harus berlabuh.  
     Kepada pemuda diujung senja, tak munafik. bila akhirnya harus aku akui bahwa Aku Telah Jatuh Cinta. 
       Anganku menyusuri lagi sudut pikiranku, mencari-cari frasa yang tepat untuk mendefinisikan sosok itu. nyatanya aku benar-benar tak kuasa. Kamu yang aku kitakan begitu sempurna, malaikat penggantiku. Terindah begitulah sekiranya tuan. kini segalanya mulai berjalan lebih lebih dan lebih indah. 
      Tapi disisi lain, aku dihantui rasa takut, pengandaian yang tak berujung, ini bukan andaian tentang 'suatu hari apakah sosokmu menyakiti?' atau 'apakah kamu sama saja dengan lelaki seberang? pergi tanpa janji untuk kembali?' jelas bukan tuan. ini andaian tentang 'bagaimana bila suatu saat aku membuatmu kecewa?'.
     Tuan, aku tak ingin menyakiti, mengecewakan bahkan meninggalkan. Aku memilih jatuh hati kepadamu tuan. ya, kau tau sendiri bukan bagaimana membuatku jatuh hati? Tak mudah. Bila dan hanya bila suatu saat sang masa menjadikan hal yang kutakutkan itu nyata. Percayalah, aku bersungguh-sungguh aku tak bermaksud seperti itu. Semogakan saja hal itu hanya spekulasi tololku    belaka. 
       Jangan tergesa-gesa akan semua ini tuan, berjaga-jaga jika aku jauh dari ekspetasimu yang tinggi. Ah, terkadang iya, aku terlalu merendah. namun ini adanya tuan, tak seindah yang kamu kira. memang bukan sosok yang terlalu indah untuk kamu simpan dikelopak matamu. Suatu ketidak mungkinan ada seseorang yang benar-benar sempurna. 
      Sekedar himbauan tuan, Tak ingin bila harus bersamamu aku berlabuh buta arah, Benar adanya jikalau kita masih belum memiliki satu tempat tujuan pasti. Namun, aku percaya seorang pemuda sepertimu tidak akan meninggalkan gadis yang telah dibahagiakan mati-matian oleh ayahnya di tengah jalan. Tidak repot tuan, apapun keadaannya selama bersamamu aku bahagia. 
       Menatap senyum yang membingkai wajahmu, manis tulus sangat membuatku lebih dari berarti. Aku tak meminta banyak, aku hanya butuh satu jawaban pasti.

Apabila Tuhan menuliskan kisahku denganmu. bolehkah aku mengakhiri kisahku dengan sempurna bersamamu? 

   Dari aku,                                   

 Yang menyimpan namamu