Saturday 1 August 2015

Yang Tertinggal..

          "sudahkah kamu menyelesaikan buku yang kamu baca?" 

Begitulah katamu di awal juni itu, mengetahui aku masih mengikat erat rasa bersamanya. ya, lembaran buku yang lalu. ya dia yang berhasil menggores luka dihati ini. ah, benar dia yang bersolek, membangga-banggakan prestasinya menyakitiku. Aku rapuh. 

Namun tunggu, selalu ada pelangi setelah hujan bukan?
Ini kutulis bukan mengisahkan tentang masa laluku, 
bukan pula tentang hujan atau bahkan sang mendung yang menurunkan si hujan..

ini tentang kamu, 
Pelangiku


        Satu hari di awal Juni,
        Satu nama yang sama sekali tak pernah ku baca, bahkan ku kenal. Namun, ku pernah mendengar nama itu. sahabatku selalu memanggil-manggil namamu untuk menggodaku yang mungkin saat itu aku masih mengikat rasa dengan orang yang nama tengahnya persis dengan namamu. begitulah kamu dipanggil dulu. Ya, dulu saat kita saling tak mengenal.

        Siang itu, disudut kamar ponselku berdering. Ku kira siapa, Hanya si Tolol yang akan mengirim pesan di tengah Ujian Semester. Kamu, yang awalnya bukan siapa-siapa, semakin lama menjadi seorang yang menyelamatkanku dari satu kata bimbang. "Aku benci dia. aku tak mungkin bersamanya, benar-benar mustahil bila aku bersamanya mengertilah!" Ya, aku mengatakan itu ke teman-temanku. Kenyataannya? Kini aku bersamamu walaupun kita tidak pernah tau kejelasannya.

         Semakin lama, hari demi hari berganti dan singkat cerita, aku mulai terbiasa denganmu. terbiasa merangkai mimpi bersama, melangakah bersama, beriringan setiap langkah pastinya ku lalui dengan namamu. Siapa kira kita bisa sejauh ini? segala yang pertama kita lalui begitu saja, Ya, kamu mengajakku berlari menjauhi setiap luka-luka. Menjadi satu-satunya Malaikat. Tak ingin berdusta, aku jatuh cinta dengan sosok itu. yang selalu kusemogakan dalam setiap do'aku bila dan hanya bila nantinya memang kamu yang menajdi tempat terakhir aku berlabuh.

       Bukan siapa-siapa, hanya gadis yang beranjak dewasa yang mengagumi Pangeran impiannya. Aku kira ini hanya ada di negeri dongeng. lalu apa harus dikata? terkadang selalu ada benarnya di setiap cerita. Pertemuan kita begitu singkat bukan? Syukur yang bisa diucapkan kepada Sang Pemilik Raga yang memberi satu kesempatan terindah untuk gadis ini. Tak masalah bila setiap pertemuan, selalu ada perpisahan. Setiap yang datang selalu beranjak pergi.

        Aku malu pada bintang-bintang. Perpisahan, ya sang masa telah membawa kita sampai di titik ini. Aku tak pandai berbohong tentang perasaan. Adalah pilu mengingat hari itu aku berdiri disampingmu dan masih bisa tersenyum, tangis yang tak mungkin terbendung sejadi-jadinya aku tak mengerti alur ini, Aku tak tau apa yang aku tangisi. Kepergianmu atau Kenangan tentangmu? aku tak peduli pada kenyataannya sang masa telah mengantarkan kita disini, tempat kita berpisah.

       Hati dan Fikiranku tak sanggup berontak. Kata Hati ingin dapat melihatmu tiap harinya walaupun lidah ini selalu kelu bila harus memulai berbicara denganmu. Kaki ini terpaku, selalu melangkah cepat untuk bersembunyi lantaran tak tau harus apa bila bertemu. Fikiranku berkata "jangan bodoh, dia tak mungkin disini lagi". Kita tahu,ini tentang jarak, waktu dan rasa rindu. Jauh, Tak selalu sama, dan menyiksa. Semakin jauh kaki kita melangkah semakin banyak pula rintangannya.

       Tak mustahil Tuan, tiada jalan tanpa kerikil, kita berlari kencang berpacu dengan waktu, melawan arah sang bayu, diterjang debu. Ya, tiap kisah selalu ada masalah, tapi ingatlah, sejauh ini apakah kita akan menyerah begitu saja? kau punya aku ku punya kamu. begitu katamu bukan? Ya, di kejauhan kita pegang 1 kunci. Saling Percaya dan bak buku terbuka yang menceritakan setiap hal tanpa perlu membaca.

           Jarak adalah cara Tuhan mengajarkan kita tentang Rindu. Harus bagaimana lagi Tuan? biarlah kita tetap melangkah bersama, mengalir dari hulu ke hilir mengikuti kemana sang Mentari terbit.

Dalam Jarak, kita berjumpa dalam do'a
Dalam Jarak, kita dipertemukan dalam rindu yang sama
Dalam Jarak, kita mendengar panggilan yang sama
Dalam Jarak, kita saling menguatkan keping-keping yang rapuh
Dalam Jarak, ingatlah bahwa lelahmu adalah milikku pula
Dalam Jarak, ingatlah setiap rintangan ialah kita bersama
Dalam Jarak, ingatlah kita punya satu sama lain
Dalam Jarak, ingatlah suatu saat ada hari dimana kita tersenyum yang mengikat kekal
Dalam Jarak, ingatlah sepatah kata yang menguatkanmu
Dalam Jarak, ingatlah ada yang selalu menunggu kepulanganmu. Mendo'akanmu juga menyemogakan bila dan hanya bila nantinya adalah kamu, yang menuntunku ke Surga-Nya.

Bila kisah tak tertulis seperti anganku, semoga kamu tak kemana-mana tuan, tak memaksa bila tak ingin menua bersama, mengingat selalu ada kisah yang tak pasti yang Tuhan punya.

Satu janji, pergilah untuk kembali.
Dari aku, di kejauhan.